Terungkap! Modus Liburan 12 WNA Vietnam Jadi PSK di Jakarta Utara, Siapa Otak di Baliknya
Kasus mengejutkan kembali mencuat di Jakarta Utara. Sebanyak 12 warga negara asing (WNA) asal Vietnam ditangkap oleh pihak kepolisian karena diduga terlibat dalam praktik prostitusi. Mereka datang ke Indonesia dengan dalih berlibur, tetapi ternyata menjalani kegiatan ilegal sebagai pekerja seks komersial (PSK). Polisi kini tengah mendalami jaringan dan mencari siapa sebenarnya koordinator di balik operasi ini.
Penangkapan ini terjadi pada Selasa malam (12/12) di salah satu apartemen mewah kawasan Penjaringan, Jakarta Utara. Berdasarkan laporan warga yang mencurigai aktivitas di lokasi tersebut, polisi melakukan penggerebekan dan mendapati para WNA Vietnam bersama beberapa pelanggan lokal. Barang bukti berupa uang tunai, ponsel, serta catatan transaksi turut diamankan.
“Mereka masuk ke Indonesia menggunakan visa wisata. Namun, setelah tiba, mereka justru bekerja sebagai PSK di bawah kendali seorang koordinator yang masih kami buru,” ujar Kombes Pol Heru Santoso, Kepala Polres Metro Jakarta Utara.
Menurut hasil penyelidikan sementara, para WNA ini direkrut di negara asal mereka dengan janji pekerjaan yang menggiurkan di Indonesia. Setelah tiba, mereka dipekerjakan sebagai PSK di apartemen-apartemen mewah dengan tarif tinggi. Pelanggan yang ingin menggunakan jasa mereka harus memesan melalui aplikasi pesan instan dengan bantuan koordinator.
“Kami menemukan bahwa modus ini cukup terorganisir. Para korban tidak beroperasi sendiri, melainkan melalui jaringan yang sudah terstruktur,” tambah Heru.
Polisi mencurigai bahwa jaringan ini bukan hanya beroperasi di Indonesia, tetapi juga memiliki koneksi dengan sindikat perdagangan manusia lintas negara. Hal ini didukung oleh fakta bahwa para WNA ini tidak memahami bahasa Indonesia dan sepenuhnya bergantung pada arahan koordinator.
“Ada indikasi kuat bahwa sindikat ini melibatkan pihak-pihak dari luar negeri yang bertugas merekrut dan mengirimkan korban ke Indonesia. Kami sedang bekerja sama dengan imigrasi untuk mengungkap lebih jauh,” jelas Heru.
Kejadian ini memicu keprihatinan masyarakat, terutama terkait lemahnya pengawasan terhadap WNA yang masuk dengan visa wisata. Banyak pihak mendesak pemerintah untuk memperketat proses imigrasi dan meningkatkan pengawasan terhadap apartemen atau tempat tinggal yang rawan dijadikan lokasi kegiatan ilegal.
“Kami perlu langkah tegas untuk menghentikan eksploitasi seperti ini. Tidak hanya menindak pelaku di lapangan, tetapi juga membongkar jaringan yang lebih besar,” ujar seorang aktivis perlindungan perempuan dan anak.
Polisi telah menahan ke-12 WNA Vietnam tersebut untuk pemeriksaan lebih lanjut. Selain itu, pihak imigrasi juga akan mengevaluasi status keimigrasian mereka dan menindaklanjuti kemungkinan deportasi setelah kasus ini selesai.
Kombes Pol Heru juga mengimbau masyarakat untuk melaporkan aktivitas mencurigakan di lingkungan mereka. “Kerja sama antara masyarakat dan aparat sangat penting untuk memberantas kegiatan ilegal seperti ini,” katanya.
Siapa Koordinatornya?
Hingga kini, polisi masih memburu koordinator utama yang diduga menjadi otak dari jaringan ini. Identitas pelaku telah teridentifikasi, tetapi lokasinya belum diketahui. “Kami optimistis dapat menangkap pelaku dalam waktu dekat dan mengungkap lebih banyak tentang jaringan ini,” pungkas Heru.
Kasus ini menjadi pengingat bahwa perdagangan manusia dan eksploitasi masih menjadi ancaman nyata, bahkan di tengah kota besar seperti Jakarta. Semoga upaya pengungkapan ini bisa menjadi langkah awal untuk memberantas jaringan serupa di masa depan.