Dua Sisi Industri Tekstil: Menaker Ungkap PHK dan Pertumbuhan Tenaga Kerja Sekaligus
Industri tekstil nasional kembali menjadi sorotan. Di satu sisi, gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang melanda sejumlah pabrik menuai kekhawatiran. Namun di sisi lain, Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah menyampaikan bahwa jumlah total tenaga kerja justru mengalami peningkatan secara nasional.
Fenomena ini memperlihatkan wajah ganda sektor ketenagakerjaan Indonesia — antara tantangan struktural di sektor tertentu dan peluang baru di sektor lainnya.
Tekanan di Sektor Tekstil: Mengapa PHK Terjadi?
Menurut laporan Kementerian Ketenagakerjaan, PHK di industri tekstil disebabkan oleh beberapa faktor utama:
1. Penurunan permintaan ekspor ke pasar global akibat pelemahan ekonomi di Eropa dan Amerika.
2. Kenaikan harga bahan baku, terutama impor, yang membebani biaya produksi.
3. Tekanan dari produk tekstil murah negara lain, yang membuat pasar domestik semakin kompetitif.
Data mencatat bahwa sejak awal 2025, setidaknya 10 ribu pekerja dari industri tekstil telah terdampak PHK, terutama di sentra industri seperti Jawa Barat dan Jawa Tengah.
“Kami tidak menutup mata atas PHK yang terjadi, terutama di sektor padat karya seperti tekstil. Tapi kami juga melihat bahwa tenaga kerja Indonesia tetap tumbuh secara keseluruhan,” ujar Menaker Ida Fauziyah dalam konferensi pers di Jakarta.
Tenaga Kerja Nasional Justru Bertambah
Meskipun sektor tekstil sedang menghadapi tekanan, total tenaga kerja di Indonesia justru meningkat, terutama di sektor-sektor berikut:
• Pertanian dan perikanan yang mengalami ekspansi di wilayah timur Indonesia
• Transportasi dan logistik, seiring meningkatnya aktivitas e-commerce
• Konstruksi dan infrastruktur, didorong oleh proyek strategis nasional
• Ekonomi digital, termasuk sektor teknologi dan layanan daring
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan adanya penambahan lebih dari 120 ribu tenaga kerja baru pada kuartal pertama 2025.
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun sebagian sektor merosot, dunia kerja Indonesia sedang mengalami transformasi struktur tenaga kerja, dari padat karya manual menuju sektor berbasis teknologi dan jasa.
Tantangan: Alih Profesi dan Kesenjangan Keterampilan
Pertumbuhan tenaga kerja bukan tanpa tantangan. Banyak korban PHK di industri tekstil yang kesulitan beralih ke sektor baru karena:
• Minimnya keterampilan digital
• Usia kerja yang sudah tidak muda
• Kurangnya akses pelatihan ulang (reskilling)
Untuk itu, pemerintah berkomitmen memperluas program balai latihan kerja (BLK) dan kolaborasi dengan sektor swasta untuk menyediakan pelatihan vokasi yang sesuai dengan kebutuhan industri masa kini.
Menyongsong Perubahan dengan Kebijakan Adaptif
Kasus PHK di industri tekstil menjadi pengingat bahwa dunia kerja sedang mengalami perubahan besar. Namun, peningkatan tenaga kerja nasional secara keseluruhan memberikan harapan, bahwa Indonesia tidak hanya bertahan, tetapi juga bertransformasi.
Kini, tantangan utama adalah mengurangi kesenjangan antara sektor yang melemah dan sektor yang tumbuh, agar transisi ini tidak meninggalkan banyak pekerja di belakang.
“Kami sedang menata ulang arah kebijakan ketenagakerjaan agar lebih inklusif dan berorientasi masa depan,” tutup Ida Fauziyah.