Bentrok Nelayan di Sukabumi Pecah: Dua Orang Dilaporkan Terluka
Suasana di pesisir laut selatan Sukabumi mendadak mencekam setelah terjadi bentrokan antar dua kelompok nelayan yang diduga dipicu oleh sengketa wilayah tangkap. Insiden tersebut berlangsung pada Selasa pagi (20/5) di kawasan perairan Pelabuhan Ratu, dan mengakibatkan dua orang nelayan mengalami luka-luka akibat lemparan benda tumpul dan senjata tajam.
Bentrok bermula saat salah satu kelompok nelayan dari luar wilayah Sukabumi dilaporkan masuk ke zona tangkap yang biasa digunakan oleh nelayan lokal. Perselisihan yang awalnya hanya berupa adu mulut, dengan cepat berubah menjadi aksi saling serang yang melibatkan puluhan orang.
Saling Klaim Wilayah Tangkap Jadi Pemicu Utama
Menurut keterangan warga sekitar, konflik antara kelompok nelayan lokal dan pendatang sebenarnya sudah berlangsung sejak beberapa bulan terakhir. Persaingan menangkap ikan di wilayah yang sama sering menimbulkan ketegangan, terutama karena hasil tangkapan yang terus menurun akibat cuaca buruk dan perubahan pola laut.
“Sudah beberapa kali ada gesekan kecil, tapi baru kali ini sampai bentrok besar,” ujar Ujang (45), nelayan setempat yang menjadi saksi mata insiden tersebut.
Pihak kepolisian mengonfirmasi bahwa dua korban luka telah dibawa ke Puskesmas terdekat dan dalam kondisi stabil. Sementara itu, beberapa perahu dan alat tangkap juga mengalami kerusakan akibat bentrokan.
Aparat Kepolisian Turun Tangan
Polres Sukabumi bersama TNI AL langsung bergerak cepat untuk meredam situasi. Personel gabungan diturunkan ke lokasi kejadian untuk mengamankan titik-titik rawan bentrok dan mencegah bentrokan susulan. Kapolres Sukabumi, AKBP Andri Kurniawan, dalam pernyataannya menegaskan bahwa pihaknya sedang melakukan penyelidikan terhadap pelaku provokasi.
“Situasi saat ini sudah terkendali. Kami mengimbau semua pihak untuk menahan diri dan menyerahkan penyelesaian kepada pihak berwenang,” ujarnya.
Sebagai langkah lanjutan, polisi juga berencana memediasi kedua kelompok nelayan agar konflik tidak berlarut-larut. Upaya pendekatan dialog akan melibatkan tokoh adat, aparat desa, serta perwakilan dari Dinas Kelautan dan Perikanan.
Dampak Ekonomi dan Ketakutan Warga
Bentrok ini bukan hanya menimbulkan korban fisik, tapi juga membuat nelayan lain takut melaut. Aktivitas penangkapan ikan di kawasan tersebut dilaporkan menurun drastis pasca kejadian. Beberapa kapal sengaja tidak diberangkatkan karena kekhawatiran akan terjadi bentrok lanjutan.
“Kalau begini terus, kami bisa rugi besar. Nelayan kecil seperti kami hanya bisa berharap ada keadilan,” kata Nurhayati (38), istri salah satu nelayan.
Selain itu, pasokan ikan ke pasar lokal juga terganggu karena berkurangnya jumlah tangkapan harian. Pedagang ikan di Pelabuhan Ratu mengaku mulai kesulitan mendapatkan stok sejak insiden tersebut terjadi.
Bentrokan nelayan di Sukabumi menjadi cerminan nyata tantangan besar yang dihadapi sektor perikanan tradisional di Indonesia. Sengketa wilayah tangkap, minimnya regulasi yang tegas, serta tidak meratanya pemahaman akan zona ekonomi eksklusif menjadi pemicu konflik horizontal yang merugikan semua pihak.
Pemerintah daerah dan pusat diharapkan segera turun tangan dengan solusi konkret — mulai dari penataan wilayah tangkap yang adil, pelatihan mediasi konflik antar nelayan, hingga penyuluhan hukum maritim yang menyeluruh. Jika tidak, konflik serupa berpotensi terus berulang di banyak daerah pesisir Nusantara.